Epilog untuk Awal Musim

Nama saya Ummu, sulung dari dua bersaudara. Setahun lalu waktu baru tiba di Bogor saya bingung dengan nama Agronomi dan Hortikultura atau yang disingkat AGH. Setahun lalu juga saya terheran-heran dengan jargon Feed the World miliknya. Tapi dari berita yang beredar (tentunya bukan hoax), semua itu akan jelas pada waktunya. Akhirnya di sinilah saya. Masa pengenalan departemen yang disingkat MPD—mengingat IPB penuh dengan singkatan—memang bisa disebut ospek. Bedanya ada pada jadwal kegiatan. Ini bentuknya rangkaian yang jika dilihat sekilas di timeline ada satu kata yang melintas cepat: melelahkan.

Sebetulnya ini akan cenderung bersifat curhatan alih-alih cerita pendek. Sebab banyak bagian dari kegiatan ini yang sayang untuk dirasakan sendiri, sayang dibiarkan terlupa. Harus dibagi, diceritakan. Misalnya saja, maaf ya kakak-kakak, ini tentang komdis. Ya, kepanjangannya adalah komisi disiplin. Jika dalam setiap cerita harus ada konflik yang penting fungsinya, begitu juga golongan orang di sini. Komdis membuat hidup kegiatan. Ini pandangan sepihak, sih, jadi siapa saja yang tidak setuju silakan saja.

Cerita lain juga tentang para caretaker. Apa sebutannya di acara ini? Penanggung jawab kelompok dan disingkat menjadi PJK. Kakak asuh, kakak pendamping, dan sederet nama lainnya. Ini posisi yang paling adem dalam kegiatan. Itu karena perannya yang seperti protagonis. Tapi baik tidak sembarang baik karena di posisi ini orang-orangnya akan sibuk. Namanya juga pengasuh, pembimbing, pastilah bertanggung jawab atas gerak-gerik peserta yang dipantau oleh seluruh panitia, khususnya komdis.

Bagian lain dari cerita ini tentunya tentang posisi medis. Medis? Kalau sakit dalam barisan, sebelum acara, kapan saja merasa tidak sehat, hubungi medis. Obat ada di sana termasuk tempat istirahat dari lelahnya berdiri mendengar evaluasi dari komdis yang panjang kali lebar durasinya. Pusing, keseleo, sakit perut, apa saja keluhannya memang dibawa ke medis. Tapi yang tidak bisa disembuhkan adalah penyakit tidak peduli pada sesama. Kalau itu, sih, harus kita sendiri yang membereskan.

Cerita ini juga tentang Reynoso, kelompok kecil seperti keluarga dalam rangkaian Pembinaan Himagron yang seperti sebuah negara dengan peraturan-peraturan yang mengikat siapa saja yang terlibat di dalamnya. Demi lancarnya kehidupan kami berempat belas, dipilih satu ketua. Supaya semangat melangkah, dibuat jargon dan yel-yel. Agar acara yang hampir semuanya dimulai pagi bisa diikuti dengan baik, sarapan seragam selalu kolektif dibeli. Sampai hari ini semuanya bisa dilakukan sesuai peraturan negara karena setiap orang dalam keluarga ini kerja sama.

Sayangnya, sebentar lagi rangkaian acara harus diakhiri bersama satu kegiatan puncak yang dinanti: Lintas Desa. Berat, berat, menantang. Itu kesan yang saya tangkap dari penjelasan sana-sini. Tapi bukan berarti saya takut. Satu dari kakak PJK bahkan bilang bahwa apapun yang terjadi, hidup harus berjalan. Wah, apa saya terlihat begitu takut?

Tidak, tidak ada rasa takut menghadapi Lintas Desa. Ini hanya menegangkan. Karena setelah itu tidak ada lagi rangkaian kegiatan Pembinaan Himagron yang harus diikuti. Itu berarti kami selesai dibina. Dengan kata lain, musim baru akan tiba. Maka untuk menunggu Sabtu saat Lintas Desa dilaksanakan, baiknya sih ada cerita yang ditulis tentang acara dan momen yang sudah tertinggal jauh di belakang.

Ke Gathering III

Ini bulan puasa. Sudah lewat sepuluh hari pertama bulan Ramadhan. Tapi masa liburan belum juga mulai. Siang ini, nanti jam setengah dua, bahkan ada acara di Ruang Kuliah Pinus sana.

Ini acara yang ketiga tapi yang pertama dan satu-satunya di bulan puasa.

Saya belum tau bakal jadi seperti apa acaranya. Komdis… apakah akan muncul dengan sosok aslinya seperti biasa? Atau sudah diciptakan komdis versi Ramadhan? Entah, karena masih tersisa satu jam lagi acara itu dimulai. Saya bahkan masih nyamannya duduk di lorong asrama.

Tidak adil mungkin kalau komdis saja yang disorot. PJK alias penanggung jawab kelompok, apakah akan lebih “memandirikan” peserta? Mereka yang biasanya jalan bolak-balik karena dimintai bantuan, nanti… apakah ada versi berbedanya? Entah juga.

Saya senang ikut gathering yang kedua. Itu karena banyak tanaman bisa dilihat langsung. Peserta–termasuk saya di dalamnya, pastinya–harus berjalan jauh menuju kebun percobaan. Itu kesenangan saya.

Saya masih ingat waktu gathering pertama. Memang saya telat, tapi bukan itu alasan teringatnya. Di sana kami dijanjikan tentang kejutan-kejutan di AGH.

Inilah gathering ketiga. Dresscode-nya adalah batik dengan rok dan jilbab hitam. Sepatu harus dominan hitam dengan kaos kaki hitam. Tidak perlu kacamata hitam karena sudah ada perintah membawa payung atau jas hujan. Tidak ada hubungannya, hm?

Begini saja. karena tepat satu jam lagi acara akan dimulai dan perjalanan kira-kira membutuhkan waktu lima belas menit, saya berhenti sampai di sini. Setelah acara mungkin saya akan mengulas. Yaa, hitung-hitung untuk meringankan tugas merangkum rangkaian kegiatan.

 

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

 

Oya, acara yang begini pasti selalu ditutup dengan jargon. Jadi tulisan ini pun begitu.

AGH?
Feed the world!